Suprizal Tanjung's Surau

Aneka Ragam Tulisan Wartawan dan Lainnya

Mencari Solusi Hidup hingga Berburu Malam Istimewa

Peserta Program I’tikaf Beberapa Masjid Selama Ramadan

I’tikaf atau berdiam diri di masjid biasa dilakukan umat muslim saat bulan Ramadan, terutama di 10 malam terakhir bulan suci itu. Masjid Raya Batam dan Masjid Jabal Arafah sengaja membuat program i’tikaf bagi para jamaahnya.

WENNY C PRIHANDINA, Batam

Pukul 21.00 WIB ketika itu. Masjid Jabal Arafah (MJA) belum sepenuhnya ditinggalkan jamaah salat tarawihnya ketika jamaah baru berangsur-angsur masuk. Sabtu (25/6/2016) malam itu, program i’tikaf pertama kali dimulai.

Muhammad Syahrial melangkahkan kaki memasuki MJA. Ia kaget. Ia pikir, masjid itu akan temaram karena sudah malam. Tapi ternyata, terang benderang. Ia bahkan berpapasan dengan banyak kawan lama.

Ia memeriksa kantongnya. Ponsel dan pengisi daya sudah ada di sana. Itulah senjatanya malam itu. Ia ingin melakukan i’tikaf. Segera ia menuruni tangga masjid dan mengambil wudu.

Pria yang tinggal di Batuaji ini baru pertama kali mengikuti i’tikaf atau istilahnya menjadi mutakif. Sebelumnya, ia tak terpikir untuk melakukannya. Hingga kemudian ia tersandung satu masalah.

“Saya ingin lebih mendekat­kan diri pada Allah untuk mendapatkan ketenangan. Sehingga bisa menemukan solusi masalah,” tuturnya.

Pria berusia 39 tahun itu mengikuti semua rangkaian kegiatan program i’tikaf MJA. MJA membungkus program i’tikaf-nya dengan dua kali kajian. Kajian pertama dimulai pukul 22.00 WIB. Pengisinya ustaz yang merupakan pengurus masjid. Pukul 23.30 WIB, para jamaah i’tikaf, dipersilakan istirahat.

Waktu istirahat ini dapat diisi dengan membaca Quran, berzikir, hingga tidur. MJA telah menyediakan tempat khusus untuk tidur. Yakni, di dua ujung ruang utama salat. Panitia menyediakan tikar sebagai alas.

“Karena saya harus makan obat, saya turun ke kafe bawah buat cari makan,” ujar Syahrial.

Kajian kedua dimulai pukul 00.30 WIB. Pengisinya juga ustaz pengurus masjid. Kajian ini akan berlangsung hingga pukul 02.00 WIB. Sepuluh menit kemudian, akan ada salat tahajud berjamaah.

Koordinator panitia Ramadan Program I’tikaf MJA, Nur Ali Novia, mengatakan, program i’tikaf ini juga disambung dengan acara makan sahur bersama. Para peserta yang telah mendaftar akan mendapatkan makan sahur dari masjid. Sebab, biaya yang mereka serahkan ketika pendaftaran itu menjadi infak sahur serta akomodasi para pengisi kajian. Besarnya Rp 25 ribu.

“Yang bawa bekal sendiri dari rumah juga banyak tadi malam. (Ini) nggak papa. Asal menjaga kebersihan,” tutur pria yang akrab disapa Ali itu lagi.

Malam itu, total, ada 70-an jamaah yang bermalam di MJA. Lima puluh orang di antaranya merupakan peserta yang sudah jauh-jauh hari mendaftar. Tapi ada juga yang baru mendaftar di malam itu juga.

Pendaftaran, menurut Ali, ditutup setiap pukul 24.00 WIB. Ini karena mereka harus menghubungi pihak katering untuk memesan makanan sahur. Kalau tidak dibatasi waktu, mereka takut pihak katering tidak siap dengan pesanan mendadak.

“Kalau pukul 24.00 WIB dihubungi, pukul 03.00 WIB diantar kan masih ada waktu tiga jam untuk mempersiapkan,” ujarnya.

MJA baru dua tahun ini membuat program i’tikaf. Dan di tahun inilah, mereka mulai menatanya dengan sebuah kepanitiaan khusus. Sebab, di tahun ini, tak ada donatur tetap untuk sahur seperti di tahun lalu.

Di tahun ini pun, mereka mulai mengadakan dua kali kajian. Serta salat malam berjamaah. Keistimewaan program i’tikaf tahun ini akan terjadi di malam ke-23 Ramadan, Selasa (28/6/2016). Sebab, di malam itu, MJA akan menghadirkan KH Wahfiuddin Sakam, M Ba. Ia ustaz yang terkenal dengan program salat khusyuk.

“Dengan program ini, MJA ingin menghadirkan nuansa yang berbeda terlebih dengan heterogennya para peserta kami,” tutur pria yang juga menjadi Sekretaris Lembaga Amil Zakat MJA itu lagi.
Program i’tikaf juga diusung Masjid Raya Batam. Ikon wisata religi di Batam ini bahkan memulainya sudah sejak lama. Di tahun 2009, program ini berlangsung berada di bawah tanggung-jawab Remaja Masjid Raya Batam.

Program itu dimulai Sabtu (25/6) malam pukul 22.00 WIB. Remaja Masjid juga membungkusnya dengan dua kali kajian yang dijeda istirahat selama satu jam, mulai pukul 02.30 WIB hingga 03.30 WIB. Para jamaah bebas melakukan ibadah apapun selama waktu istirahat tersebut.

Pukul 03.30 WIB, kajian baru akan dimulai. Hingga kemudian tiba waktu sahur pukul 04.00 WIB. Para jamaah akan turun ke ruang sekretariat Remaja Masjid untuk mengambil makan sahur dan menyantapnya di ruang-ruang kosong di lantai dasar masjid.

“Tadi malam ada 30 orang, ikhwan (jamaah laki-laki) dan akhwat (jamaah perempuan). Tapi sebenarnya, sejak 1 Ramadan pun sudah ada yang melakukan i’tikaf lho,” kata ketua panitia I’tikaf Masjid Raya Batam, Hafizh Al Mubarak.

Mereka yang melakukan i’tikaf itu para musafir. Hafizh selalu mendata para musafir ini. Sebab, kadang kala, ada juga masyarakat yang sengaja datang ketika pembagian makanan sahur dilakukan.

“Makan sahur kami terbatas. Tentu kami utamakan yang melakukan i’tikaf di sini,” tuturnya.

Selain para musafir, mereka yang telah mendaftar sebagai peserta, wajib membayar Rp 20 ribu. Uang itu sebagai pengganti biaya makan sahur. Sejauh ini, Masjid Raya belum mendapatkan donatur tetap untuk sahur bersama.

“Kami sangat terbuka jika ada yang mau menjadi donatur untuk makan sahur mereka yang melakukan i’tikaf di sini,” timpal Ketua Remaja Masjid Raya Batam, Firdaus Khatulistiwa.

I’tikaf atau berdiam diri di Masjid seakan sudah menjadi kebiasaan para muslim di penghujung Ramadan atau sepuluh malam terakhir Ramadan. Tepatnya, di malam-malam ganjil. Sebab, di sebuah malam ganjil dalam sepuluh hari itulah diperkirakan datangnya malam Lailatul Qadar.

Malam Lailatul Qadar menjadi malam yang istimewa di antara 29 malam lainnya dalam bulan Ramadan. Sebab di malam inilah, ayat Quran pertama kali diturunkan. Malam ini lebih baik dari 1.000 bulan. Orang yang beribadah di malam ini, niscaya, mendapatkan kebaikan lebih dari 1.000 bulan. Malam Lailatul Qadar juga kerap disebut malam seribu bulan.

“Sepuluh akhir (Ramadan) itu kunci dalam amal ibadah puasa. Kebaikan beribadah selama 84 tahun 3 bulan itu bisa diraih di sini,” tegas Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Batam, Usman Ahmad.

Hukum i’tikaf itu sunah. Umat muslim bukan sekedar berdiam diri di dalam masjid dan tidak melakukan apa-apa. Ia harus berada di dalam masjid dalam keadaan suci, setelah sebelumnya mengambil wudu. Selama di dalam masjid itulah ia, menurut Ustaz Usman Ahmad, harus banyak berdoa pada Allah.

Kegiatan ini cocok bagi mereka yang sedang terhimpit masalah atau memiliki keinginan yang besar. Terutama juga bagi mereka yang ingin meminta ampunan Allah SWT.

“Kalau ada yang belum menikah, inilah waktu yang tepat untuk meminta jodoh pada Allah,” tuturnya.

Sebagian besar muslim melakukan ibadah secara inisiatif ketika i’tikaf di masjid. Namun, masjid-masjid sekarang mulai membuat program khusus i’tikaf. Ustaz Usman Ahmad menilai ini bagus.

Katanya, ibadah justru semakin terfokus. Sebab, kualitas ibadahlah yang akan diperhitungkan dalam i’tikaf.

“Jangan dia berada di masjid tapi ketika ibadah pikirannya kemana-mana,” tuturnya. ***

June 29, 2016 - Posted by | Pagaruyung Minangkabau

No comments yet.

Leave a comment